ANAK
YATIM
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah Swt telah memberikan perhatian khusus kepada ciptaan-Nya yang satu ini, dia
adalah manusia lemah yang di takdirkan Allah Swt hidup tanpa cinta dan kasih sayang dari salah satu kedua orang tuanya,
keadaan ini tiada lain adalah sebagai cobaan dan ujian baginya juga bagi umat
seluruhnya mereka itu adalah anak-anak yatim.
Islam
sebagai agama rahmatan lil alamin telah menjadi
garda terdepan dalam memberikan perhatian, pengurusan dan pengayoman kepada
mereka, hal itu tiada lain adalah demi dan untuk kemaslahatan mereka, banyak
sekali ayat-ayat al Qur'an atau al hadits yang mengangkat dan mengupas tema
diatas secara mendetail dari mulai balita hingga dewasa, hak dan kewajiban,
tanggung jawab pribadi, masyarakat bahkan Negara.
Dalam
kitab Al Yatim karya DR. Abdul Hamid As Suhaibani dikatakan definisi yatim
adalah:
من فقد أباه وهو دون البلوغ ذكرا كان أو أنثى
"Seorang
anak yang kehilangan ayahnya –karena meninggal- ketika ia belum baligh atau
dewasa baik itu laki-laki atau perempuan".
Dengan demikian seseorang dikatakan yatim bila:
1.
Ditinggal wafat ayahnya, adapun anak yang ditinggal wafat ibu atau yang
lainnya tidaklah dikatakan yatim, begitu juga anak yang ditinggal karena
perceraian suami istri.
2.
Ditinggal wafat ayahnya ketika masih dibawah usia baligh atau dewasa
dengan demikian bila ditinggal wafat ayahnya sesudah masa baligh maka tidaklah
dikatakan anak yatim.
Anak yatim adalah anak yang
ditinggalkan mati ayahnya selagi ia belum mencapai umur balig. Dalam Islam,
anak yatim memiliki kedudukan tersendiri. Mereka mendapat perhatian khusus dari
Rasulullah saw. Ini tiada lain demi untuk menjaga kelangsungan hidupnya agar
jangan sampai telantar hingga menjadi orang yang tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu, banyak sekali
hadis yang menyatakan betapa mulianya orang yang mau memelihara anak yatim atau
menyantuninya. Sayang, anjuran Beliau itu sampai kini belum begitu mendapat
tanggapan yang positif dari masyarakat. Hanya sebagian kecil saja umat Islam
yang mau memperhatikan anjuran itu. Hal ini semestinya tidak layak dilakukan
umat Islam yang inti ajarannya banyak menganjurkan saling tolong sesama umat
Islam dan bahkan selain umat Islam.
Ada beberapa cara berbuat baik kepada anak yatim:
1.
Memberinya
makan dan pakaian, serta menanggung kebutuhan-kebutuhan pokoknya.
2.
Mengusap
kepalanya serta menunjukkan kasih sayang kepadanya. Tindakan ini akan mempunyai
pengaruh besar terhadap kejiwaan anak yatim. Ibnu Umar rodhiyallohu 'anhu jika
melihat anak yatim, beliau mengusap kepalanya dan memberinya sesuatu.
3.
Membiayai
sekolahnya, sebagaimana seseoang ingin menyekolahkan anaknya.
4.
Mendidiknya
dengan ikhlas, sebagaimana keikhlasanya dalam mendidik anak kandungnya sendiri.
5.
Jika
ia melakukan perbuatan yang mengharuskan di beri hukuman maka bersikap
lemah-lembut dalam mendidiknya.
6.
Bertakwa
kepada Alloh dalam mengelola harta anak yatim, jika anak yatim itu mempunyai
harta kekayaan. Jangan sampai hartanya di habiskan karena menginginkan agar
anak yatim itu kelak tidak meminta hartanya kembali. Sebaliknya, hartanya harus
di jaga, sehinga ketika ia telah dewasa, harta tersebut dikembalikan kepadanya.
7.
Mengembangkan
harta anak yatim dan bersikap ikhlas di dalamnya, sehingga hartanya tidak habis
oleh zakat.
Menolong anak yatim merupakan hal
yang mulia. Selain ada di panti-panti asuhan, ada pula anak-anak yatim yang
tinggal di rumah-rumah biasa bersama ibunya. Nah anak-anak yatim seperti itulah
yang harus benar-benar kita perhatikan karena belum tentu ada yang menolong
mereka.
A.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas maka untuk memperjelas orientasi penelitian ini, penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
- Bagaimana keutamaan memlihara anak yatim?
B.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dan kegunaan
penelitian sangat erat hubungannya dengan rumusan masalah yang penulis
cantumkan di atas, yaitu :
- Untuk mengetahui keutamaan memlihara anak yatim
BAB II
PEMBAHAAN
A.
Hakikat Memelihara Anak Yatim
Allah Swt telah memberikan perhatian khusus kepada ciptaan-Nya yang satu ini, dia
adalah manusia lemah yang di takdirkan Allah Swt hidup tanpa cinta dan kasih sayang dari salah satu kedua orang tuanya,
keadaan ini tiada lain adalah sebagai cobaan dan ujian baginya juga bagi umat
seluruhnya mereka itu adalah anak-anak yatim.
Islam
sebagai agama rahmatan lil alamin telah menjadi
garda terdepan dalam memberikan perhatian, pengurusan dan pengayoman kepada
mereka, hal itu tiada lain adalah demi dan untuk kemaslahatan mereka, banyak
sekali ayat-ayat al Qur'an atau al hadits yang mengangkat dan mengupas tema
diatas secara mendetail dari mulai balita hingga dewasa, hak dan kewajiban,
tanggung jawab pribadi, masyarakat bahkan Negara.
Dalam
kitab Al Yatim karya DR. Abdul Hamid As Suhaibani dikatakan definisi yatim
adalah:
من فقد أباه وهو دون البلوغ ذكرا كان أو أنثى
"Seorang
anak yang kehilangan ayahnya –karena meninggal- ketika ia belum baligh atau
dewasa baik itu laki-laki atau perempuan".
Dengan demikian seseorang dikatakan yatim bila:
1.
Ditinggal wafat ayahnya, adapun anak yang ditinggal wafat ibu atau yang
lainnya tidaklah dikatakan yatim, begitu juga anak yang ditinggal karena
perceraian suami istri.
2.
Ditinggal wafat ayahnya ketika masih dibawah usia baligh atau dewasa
dengan demikian bila ditinggal wafat ayahnya sesudah masa baligh maka tidaklah
dikatakan anak yatim
مَنْ ضَمَّ يَتِيْمًا بَيْنَ أَبَوَيْنِ
مُسْلِمَيْنِ فِيْ طَعَامِهِ وَ شَرَابِهِ حَتَّى يَسْتَغْنِيَ عَنْهُ وَجَبَتْ
لَهُ الْجَنَّةُ
“Barang
siapa yang mengikutsertakan seorang anak yatim diantara dua orang tua yang
muslim, dalam makan dan minumnya, sehingga mencukupinya maka ia pasti
masuk surga.” [HR. Abu Ya'la dan Thobroni, Shohih At
Targhib, Al-Albaniy : 2543].
Menolong anak yatim merupakan hal yang mulia. Selain ada di
panti-panti asuhan, ada pula anak-anak yatim yang tinggal di rumah-rumah biasa
bersama ibunya. Nah anak-anak yatim seperti itulah yang harus benar-benar kita
perhatikan karena belum tentu ada yang menolong mereka.
Mengurus atau menjaga serta mengayomi
anak yatim memiliki berbagai keutamaan, diantaranya:
a.
Allah I akan
menyelamatkan ia dari berbagai kesusahan di hari kiamat serta diberikan
kegembiraan dikala manusia yang lainnya mengalami kesulitan. Allah I berfirman:
ويطعمون الطعام على حبه مسكينا ويتيما وأسيرا ............
إنا نخاف من ربنا يوما عبوسا قمطريرا, فوقاهم الله شر ذلك اليوم ولقاهم نضرة
وسرورا
"Dan
mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan
orang yang ditawan……. Sesungguhnya kami takut akan siksa Tuhan kami pada suatu
hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan, Maka Allah
memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada
mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati" (Qs. Al Insan: 8-11)
b.
Pengurus anak yatim akan bersama Rasulullah r tinggal dalam surga, hal ini sebagaimana sabda beliau:
أنا وكافل
اليتيم في الجنة كهاتين وأشار بأصبعيه يعني السبابة والوسطى الترمذي
"Aku
dan yang mengurus anak yatim di surga seperti ini, beliau memberikan isyarat
dengan kedua jarinya yaitu jari telunjuk dan jari kelingking" (HR. At Tirmidzi)
c.
Melembutkan hati yang keras, hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan
Abu Hurairah ia berkata:
أن رجلا شكا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم قسوة قلبه
فقال امسح رأس اليتيم وأطعم المسكين
"Sesungguhnya
seseorang datang mengadu kepada Rasulullah atas keras hati yang dialaminya, beliau bersabda: Usaplah kepala anak
yatim dan beri makanlah orang-orang miskin". (HR. Ahmad)
Jadi jelaslah bagi kita umat muslim bahwa, ketika kita akan
memelihara anak yatim, kita akan mendapatkan kebahagiaan akhirat seperti apa
yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW, bahwa antara anak yatim dan
pengurusnya bagaikan dua telunjuk yang saling berdekatan di surga nanti.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesipulan
Mengurus atau menjaga serta mengayomi
anak yatim memiliki berbagai keutamaan, diantaranya:
d.
Allah I akan
menyelamatkan ia dari berbagai kesusahan di hari kiamat serta diberikan
kegembiraan dikala manusia yang lainnya mengalami kesulitan.
e.
Pengurus anak yatim akan bersama Rasulullah tinggal dalam
surga
f. Melembutkan
hati yang keras, hal ini sebagaimana hadits yang Jadi jelaslah bagi kita
umat muslim bahwa, ketika kita akan memelihara anak yatim, kita akan
mendapatkan kebahagiaan akhirat seperti apa yang telah disabdakan oleh
Rasulullah SAW, bahwa antara anak yatim dan pengurusnya bagaikan dua telunjuk
yang saling berdekatan di surga nanti dan akan bersama Rasulullah SAW.
B.
Saran
Dari
hasil penelitian di atas, semoga dapat bermanfat bagi penulis khusunya dan bagi
kaum
muslimin pada umumnya yaitu tentang memelihara anak yatim dan memberi makan
kepadanya, agar kita tergolong orang-orang yang diridhoi oleh Allah SWT.